Minggu, 10 Desember 2017

Cara Perusahaan Bertahan

Perubahan akan terjadi setiap waktu, kepada siapa saja dan dalam waktu yang tidak diduga-duga. Yang bisa bertahan adalah yang siap menghadapi perubahan tersebut dan selalu belajar, yang tidak siap akan sulit untuk bertahan bahkan seiring berjalannya waktu maka akan terlindas oleh perubahan itu sendiri. Sebagai contohnya:
Yang pertama, dahulu perjalanan dari Garut ke Jakarta bisa memakan waktu 5-6 jam sebelum dibangunnya jalan tol seperti sekarang ini. Anda akan melihat banyaknya rumah makan dan aneka oleh-oleh yang siap menjajakan buah tangan bagi para pendatang. Tetapi kondisi itu berbeda dengan sekarang, setelah dibangunnya jalan tol, dimana kendaraan sudah banyak yang tidak melewati jalur non tol, hal ini sangat berdampak paada pendapatan rumah makan dan toko oleh-oleh. Saat ini hanya beberapa saja rumah makan dan toko oleh-oleh yang masih bertahan.

Yang kedua adalah kecoa yang sudah ada semasa dengan dinosaurus berjuta-juta tahun yang lalu. Mengapa kecoa masih ada sampai sekarang dan dinosaurus sudah punah? Jawabannya adalah, kecoa mampu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi sedangkan dinosaurus tidak.
Dua contoh diatas menggambarkan bahwa betapa hebatnya perubahan, hanya yang siap dan selalu berkembanglah yang akan bisa bertahan. Perubahan adalah sesuatu yang harus dihadapi dan tidak bisa dihindari, pilihannya adalah belajar dan berkembang mengikuti perubahan atau punah terlindas perubahan tersebut. Hal ini terjadi juga pada bisnis, setiap saat berubah bahkan dalam hitungan detik. Tuntutan pelanggan dari waktu ke waktu terus berkembang, hanya perusahaan yang adaptable yang bisa bertahan. Siapa yang sangka di awal tahun 2000-an pasar ponsel di tanah air dikuasai oleh Nokia. Dapat dilihat disetiap gerai handphone yang selalu didominasi oleh brand tersebut, tapi apa yang terjadi sekarang, Samsung (Android), pabrikan asal korea ini mendominasi pasar handphone tanah air. Begitulah cepatnya perubahan terjadi di dunia bisnis. Dalam risetnya Arie De Geus yang berjudul “THE LIVING COMPANY growth, learning and Longevity in business (1997)” mengungkapkan bahwa usia rata-rata perusahaan dari lahir sampai mati hanya 40-50 tahun. Dalam penelitian juga menemukan perusahaan yang berusia lebih dari 200 tahun. Kebanyakan perusahaan mati prematur, sebagian besar sebelum ulang tahunnya yang ke-50. Kebanyakan kematian disebabkan oleh ketidakmampuan untuk belajar. Mereka tidak mampu beradaptasi dan berubah seiring dengan perubahan dunia sekitarnya.
Perusahaan sebagai organisasi juga sebagai organisme memang memiliki kurun hidup tertentu. Ada yang berumur pendek, sedang, dan ada pula yang berumur panjang. Faktor yang membuat mereka berumur pendek (bangkrut, diakuisisi, merger paksa atau pecah) adalah ketika roh kehidupan hilang dari organisasi itu. Hal ini juga sama dengan perusahaan sebagai organisasi, tidak bisa bertahan hidup ketika core value (nilai-nilai pokok perusahaan) dan core purpose (visi, misi perusahaan) sebagai pondasi tidak berdiri tegak menaungi perusahaan tersebut, maka kelanggengan perusahaan tersebut hanya tinggal menunggu waktu.
Pada hasil riset dari de Geuss ada empat karakter organisasi bisnis yang panjang umur, yaitu :
1. Perusahaan sensitif terhadap lingkungannya. Keberadaan mereka harmonis dan relevan dengan lingkungan usahanya. Mereka ramah lingkungan dalam arti luas. Mereka selalu belajar dan beradaptasi secara damai dengan dunia tinggal mereka.
2. Perusahaan diikat oleh nilai-nilai bersama yang secara moral baik dan benar serta memiliki identitas organisasi yang khas.
3. Perusahaan bersikap toleran, tidak memaksakan kehendak kantor pusat, rela berbagi kekuasaan dengan bagian bawah, dan mempraktikkan desentralisasi.
4. Meskipun berorientasi profit, perusahaan bersikap konservatif dalam hal keuangan. Mereka sangat hati-hati dalam pengeluaran dan investasi. Mereka pantang dalam hal overspending dan overinvestment, apalagi dengan utang.
Dapat disimpulkan bahwa perubahan merupakan suatu kepastian dalam kehidupan. Sebagai perusahaan, untuk bisa terus bertahan dan berhasil maka harus menjadi learning organization dengan dilandaskan pada core purpose (visi, misi) dan core value yang kuat.



Sumber:
https://towip.wordpress.com/2014/04/06/the-living-company-cara-perusahaan-untuk-bisa-bertahan-di-tengah-perubahan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar