Perubahan akan terjadi
setiap waktu, kepada siapa saja dan dalam waktu yang tidak diduga-duga. Yang
bisa bertahan adalah
yang siap menghadapi perubahan tersebut dan selalu belajar, yang tidak siap
akan sulit untuk
bertahan bahkan seiring berjalannya waktu maka akan terlindas
oleh perubahan itu sendiri. Sebagai contohnya:
Yang pertama, dahulu
perjalanan dari Garut ke Jakarta bisa memakan waktu 5-6 jam sebelum dibangunnya
jalan tol seperti sekarang ini. Anda akan melihat banyaknya rumah makan dan
aneka oleh-oleh yang siap menjajakan buah tangan bagi para pendatang. Tetapi
kondisi itu berbeda dengan sekarang, setelah dibangunnya jalan tol, dimana
kendaraan sudah banyak yang tidak melewati jalur non tol, hal ini sangat berdampak
paada pendapatan rumah
makan dan toko oleh-oleh. Saat ini hanya beberapa saja rumah makan dan toko
oleh-oleh yang masih bertahan.
Yang kedua adalah kecoa yang
sudah ada semasa dengan dinosaurus berjuta-juta tahun yang lalu. Mengapa kecoa
masih ada sampai sekarang dan dinosaurus sudah punah? Jawabannya adalah, kecoa
mampu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi sedangkan dinosaurus tidak.
Dua contoh diatas
menggambarkan bahwa betapa hebatnya perubahan, hanya yang siap dan selalu
berkembanglah yang akan bisa bertahan.
Perubahan adalah sesuatu yang harus dihadapi dan tidak bisa dihindari,
pilihannya adalah belajar dan berkembang mengikuti perubahan atau punah
terlindas perubahan tersebut. Hal ini terjadi juga pada bisnis, setiap saat
berubah bahkan dalam hitungan detik. Tuntutan pelanggan dari waktu ke waktu terus
berkembang, hanya perusahaan yang adaptable yang
bisa bertahan. Siapa yang sangka di awal tahun 2000-an pasar ponsel di tanah
air dikuasai oleh Nokia. Dapat dilihat disetiap gerai handphone yang selalu
didominasi oleh brand tersebut, tapi apa yang terjadi sekarang, Samsung
(Android), pabrikan asal korea ini mendominasi pasar handphone tanah air.
Begitulah cepatnya perubahan terjadi di dunia bisnis. Dalam risetnya Arie De
Geus yang berjudul “THE LIVING COMPANY growth,
learning and Longevity in business (1997)” mengungkapkan bahwa usia
rata-rata perusahaan dari lahir sampai mati hanya 40-50 tahun. Dalam penelitian
juga menemukan perusahaan yang berusia lebih dari 200 tahun. Kebanyakan perusahaan
mati prematur, sebagian besar sebelum ulang tahunnya yang ke-50. Kebanyakan
kematian disebabkan oleh ketidakmampuan untuk belajar. Mereka tidak mampu
beradaptasi dan berubah seiring dengan perubahan dunia sekitarnya.
Perusahaan sebagai
organisasi juga sebagai organisme memang memiliki kurun hidup tertentu. Ada
yang berumur pendek, sedang, dan ada pula yang berumur panjang. Faktor yang
membuat mereka berumur pendek (bangkrut, diakuisisi, merger paksa atau pecah)
adalah ketika roh kehidupan hilang dari organisasi itu. Hal ini juga sama
dengan perusahaan sebagai organisasi, tidak bisa bertahan hidup ketika core value (nilai-nilai
pokok perusahaan) dan core
purpose (visi, misi perusahaan) sebagai pondasi tidak berdiri
tegak menaungi perusahaan tersebut, maka kelanggengan perusahaan tersebut hanya
tinggal menunggu waktu.
Pada hasil riset dari de
Geuss ada empat karakter organisasi bisnis yang panjang umur, yaitu :
1. Perusahaan sensitif terhadap
lingkungannya. Keberadaan mereka harmonis dan relevan dengan lingkungan
usahanya. Mereka ramah lingkungan dalam arti luas. Mereka selalu belajar dan
beradaptasi secara damai dengan dunia tinggal mereka.
2. Perusahaan diikat oleh nilai-nilai
bersama yang secara moral baik dan benar serta memiliki identitas organisasi
yang khas.
3. Perusahaan bersikap toleran, tidak
memaksakan kehendak kantor pusat, rela berbagi kekuasaan dengan bagian bawah,
dan mempraktikkan desentralisasi.
4. Meskipun berorientasi profit, perusahaan
bersikap konservatif dalam hal keuangan. Mereka sangat hati-hati dalam
pengeluaran dan investasi. Mereka pantang dalam hal overspending dan overinvestment, apalagi dengan
utang.
Dapat disimpulkan bahwa
perubahan merupakan suatu kepastian dalam kehidupan. Sebagai perusahaan, untuk
bisa terus bertahan dan berhasil maka harus menjadi learning organization dengan
dilandaskan pada core
purpose (visi, misi) dan core value yang kuat.
Sumber:
https://towip.wordpress.com/2014/04/06/the-living-company-cara-perusahaan-untuk-bisa-bertahan-di-tengah-perubahan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar